Materi Keimanan

BERIMAN KEPADA MALAIKAT

Oleh sebab keadaan malaikat sebagaimana yang sudah diuraikan di muka bahwa mereka berada di dalam alam ruh dan demikian pula tugas-tugas mereka yang dikerjakan secara otomatis sekali dalam alam semesta atau alam dunia ini, juga oleh sebab begitu itulah hubungan antara mereka dengan manusia di alam ini serta di alam yang akan datang nanti, maka sudah pantas kita beriman bahwa mereka benar-benar ada. Selain itu harus pula kita berupaya menghubungkan diri dengan mereka dengan jalan menyucikan jiwa membersihkan hati serta beribadah kepada Allah dengan ibadah yang sekhusyuk-khusyuknya. Dalam menghubungkan diri dengan malaikat akan diperoleh ketinggian jiwa sebagai suatu realisasi dari hikmah yang tertinggi yang untuk itulah manusia diciptakan. Ketinggian jiwa dapat berwujud melaksanakan amanat kehidupan dan mengemban kekhalifahan dari Allah Taala di atas permukaan bumi ini. Oleh sebab itu beriman kepada malaikat adalah termasuk kelakuan baik dan merupakan tanda-tanda kebenaran, kepercayaan serta ketakwaan. Allah Taala berfirman, “Tetapi yang disebut kebaktian orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta malaikat.” (Q.S. Al-Baqarah:177)

SIAPAKAH MALAIKAT

Malaikat adalah suatu alam yang halus, termasuk hal-hal yang gaib, tidak dapat dicapai oleh pancaindera. Jadi mereka tidak termasuk dalam golongan makhluk yang wujud jasmaniahnya dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan. Mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini, oleh sebab itu tidak dapat dicapai oleh pandangan kita. Yang mengetahui perihal dan hakikat mereka yang sebenarnya hanayalah Allah Taala sendiri. Malaikat disucikan dari dorongan syahwat hewani, terhindar dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari perbuatan-perbuatan dosa dan salah. Mereka tidak seperti manusia yang suka makan, minum, tidur, berjenis lelaki atau wanita. Jadi mereka memang mempunyai suatu alam yang tersendiri, berdiri dalam bidangnya sendiri, bebas menurut hal-ihwalnya sendiri, tidak dihinggapi oleh sifat yang biasa diterapkan terhadap manusia, misalnya hubungannya dengan kebendaan (materi keduniaan), juga mereka mempunyai kekuasaan dapat menjelma dalam rupa manusia atau lain bentuk yang dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan. Hal ini jelas sebagaimana kedatangan Jibril a.s. ke tempat Sayidah Maryam saat ia menjelmakan dirinya dalam bentuk manusia seperti yang disebut dalam Alquran, “Dan ceritakanlah (kisah) Maryam (yang tersebut) dalam Alquran, ketika ia berangkat meninggalkan keluarganya ke suatu tempat yang terletak di sebelah timur. Ia membuat tabir (yang melindunginya) dari mereka. Kemudian Kami (Allah) mengutus Ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (sebagai seorang) manusia yang sebenarnya.” (Q.S. Maryam:16-17) Ada kisah lain yang menyebutkan bahwa sekelompok malaikat datang di tempat Nabi Ibrahim a.s. dan mereka menjelma sebagai manusia. Kedatangannya membawa berita gembira. Oleh Nabi Ibrahim a.s. yang menyangka bahwa mereka adalah tamu-tamu manusia biasa, lalu diberi hidangan makanan. Peristiwa ini tercantum dalam Alquran, yaitu, “Niscaya telah datang utusan-utusan Kami (malaikat) kepada Ibrahim dengan membawa berita kegembiraan. Mereka mengucapkan padanya, ‘Salam (damai)’ Ibrahim menjawab, ‘Selamat.’ Sejurus kemudian dihidangkanlah daging sapi yang dibakar. Setelah dilihat oleh Ibrahim bahwa tangan mereka tidak menjamah makanan itu, ia pun mulai curiga dan merasa takut. Mereka berkata, ‘Jangan engkau takut, sesungguhnya kami dikirim untuk kaum Luth.’ Dan istrinya berdiri dengan tersenyum, lalu kami sampaikan berita gembira berupa akan dilahirkannya Ishak dan di belakang Ishak nanti, lahir pula Yakub. Istrinya berkata, ‘Aduhai! Apakah aku akan melahirkan anak, sedang aku adalah wanita yang sudah tua sekali dan ini suamiku sudah tua pula? Bukankah ini suatu peristiwa yang ganjil sekali.’ Mereka mengatakan, ‘Apakah engkau heran terhadap keputusan Allah. Rahmat dan berkah Allah untukmu, hai penghuni rumah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Terpuji dan Termulia.” (Q.S. Hud:69-73)

DARI APA MALAIKAT DICIPTAKAN

Allah swt. menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan Nabi Adam a.s. dari tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari api. Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua.” (H.R. Muslim) Tempat kediaman malaikat ada di langit, tetapi mereka dapat pula turun dari langit dengan perintah Allah Taala. Imam Ahmad dan Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bertanya kepada Jibril a.s., sabdanya, “Apakah yang menghalang-halangi Tuan jika berziarah kepada kami, lebih banyak lagi dari yang biasa Tuan lakukan?” Jibril a.s. menyampaikan ayat yang artinya, “Dan kami (Jibril) tidaklah turun melainkan dengan perintah Tuhanmu, bagi-Nyalah apa yang ada di hadapan kita, apa yang di belakang kita dan apa yang ada di antara keduanya itu. Tuhanmu bukanlah pelupa.” (Q.S. Maryam:64) Allah Taala menciptakan malaikat lebih dahulu daripada manusia. Sebelum itu Allah Taala memang telah memberitahukan kepada seluruh malaikat bahwa manusia hendak diciptakan untuk dijadikan sebagai khalifah (pengganti) di atas permukaan bumi, sebagai mana firman-Nya, “Dan di kala Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak membuat khalifah di bumi.’ Malaikat lalu berkata, ‘Apakah Engkau akan membuat di bumi orang yang hendak membuat kerusakan serta menumpahkan darah (bunuh-membunuh), sedang kita memahasucikan dengan memuji syukur pada-Mu serta mensucikan-Mu.’ Allah lalu berfirman, ‘Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu semua tidak mengetahuinya.’” (Q.S. Al-Baqarah:30)

MANUSIA LEBIH UTAMA DARI MALAIKAT

Yang terang dan jelas ialah bahwa manusia lebih utama dan lebih mulia daripada malaikat, sebagaimana yang nyata tentang kelemahan malaikat menjawab berbagai pertanyaan yang dikemukakan oleh Allah swt. kepada mereka mengenai nama-nama benda yang tertentu, sedangkan Adam a.s. dapat memberikan jawabannya dengan tepat dan benar. Jadi Allah Taala telah memuliakan manusia dengan mengaruniakan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada malaikat, juga manusia diberi keistimewaan untuk mengenal dan mengetahui bermacam-macam benda dan barang. Selain itu Allah Taala pernah memerintahkan kepada malaikat untuk memberi penghormatan kepada Adam a.s. Hal ini rasanya cukup sebagai bukti bahwa Allah Taala sengaja menunjukkan bahwa memang manusia yang lebih utama dan lebih mulia daripada malaikat sendiri. Allah swt. berfirman, “Dan Allah mengajarkan kepada Adam akan beberapa nama, kemudian Allah memperlihatkan semuanya (benda-bendanya) kepada malaikat, kemudian Dia berfirman, ‘Beritahukanlah pada-Ku nama-nama semuanya ini, jika kamu semua benar!’ Malaikat berkata, ‘Maha Suci Engkau, kita tidak mengetahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kita, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui lagi Bijaksana.’ Allah berfirman, ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama semuanya itu.’ Setelah Adam memberitahukan semua nama-namanya, Allah lalu berfirman, ‘Bukankah sudah Kukatakan padamu semua bahwa sesungguhnya Aku mengetahui kegaiban-kegaiban di langit dan bumi, juga Aku mengetahui apa yang kamu semua tampakkan dan yang kamu semua sembunyikan.’ Maka di kala itu Kami berfirman kepada malaikat, ‘Berilah penghormatan kepada Adam.’ Kemudian mereka pun menghormat padanya selain iblis. Ia enggan dan menyombongkan diri dan ia termasuk dalam golongan orang-orang yang kafir (tidak beriman).” (Q.S. Al-Baqarah:31-34) Dari sudut lain, kita dapat mengetahui bahwa ketaatan yang diberikan oleh malaikat adalah suatu hal yang terjadi secara otomatis (dengan sendirinya), juga mereka meninggalkan kemaksiatan pun tidak perlu dengan menekan jiwa atau diusahakan dengan sesungguh-sungguhnya. Jadi tanpa dipaksa pun sudah dapat menghindarkan diri dari kemaksiatan, karena memang tidak ada syahwat mereka. Oleh sebab itu, mana pun yang dapat dinamakan keutamaan bagi golongan malaikat dalam hal ketaatan dan kebaktian, juga dalam meninggalkan kemaksiatan, sedangkan kedua hal tersebut mereka laksanakan sebagai suatu hal yang sudah semestinya berjalan demikian. Jadi tidak ubahnya dengan berkembang-kempisnya jantung mengalirkan darah dan gerakan kedua paru-paru ketika bernafas. Sedangkan manusia tidak seenak itu dalam beribadah, berbakti serta meninggalkan kemaksiatan dan berbuat dosa. Ia harus berjuang dengan segenap tenaga dan jiwa melawan kehendak hawa nafsu, memerangi ajakan setan, memaksakan diri untuk melakukan ketaatan dan bekerja keras guna menyempurnakan kesucian jiwa meluhurkan ruh dan membersihkan hati, baik ia melakukannya dengan senang hati atau hanya terdorong oleh rasa takut kepada siksaan. Di sinilah letak perbedaan yang jelas, bahwa manusia memang lebih mulia daripada malaikat. TABIAT MALAIKAT Tabiat malaikat ialah secara sempurna berbakti kepada Allah, tunduk dan patuh pada kekuasaan dan keagungan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan mereka pun ikut mengatur alam semesta menurut kehendak dan iradah Allah Taala. Jadi Allah Taala dalam mengatur dan menertibkan segenap isi kerajaan-Nya ini menggunakan tenaga malaikat dan malaikat tidakuasa melakukan sesuatu yang timbul dari kemauannya sendiri. Dalam Alquran disebutkan, “Malaikat itu takut kepada Tuhannya yang berkuasa di atas mereka dan mengerjakan apa saja yang diperintahkan.” (Q.S. An-Nahl:50) Ada pula ayat lain yang berbunyi, “Bahkan malaikat adalah para hamba Allah yang dimuliakan. Mereka tidak mendahului Allah dengan perkataan dan mereka mengerjakan sesuai dengan perintah-Nya. Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka juga tidak dapat memberikan pertolongan, melainkan kepada orang yang disukai oleh Allah dan mereka pun selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Q.S. Al-Anbiya:26-28) Ada lagi firman Allah, yaitu, “Malaikat tidak bermaksiat kepada Allah mengenai apa-apa yang diperintahkan oleh-Nya kepada mereka dan tentu mengerjakan apa-apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6) Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila Allah menentukan suatu keputusan di langit, maka semua malaikat memukulkan sayap-sayapnya karena tunduk pada firman-Nya seolah-olah sebagai suatu bunyi-bunyian yang nyaring di atas sebuah batu yang licin. Selanjutnya apa bila telah lenyap ketakutan itu dari hati mereka, mereka pun berkata, ‘Apakah yang diucapkan oleh Tuhanmu?’ Jawabnya, ‘Kebenaran dan Dia adalah Maha Luhur lagi Maha Besar.’”

PERBEDAAN MALAIKAT

Malaikat dalam penciptaannya ada perbedaannya, sebagaimana juga perbedaan mereka dalam hal kedudukan, pangkat dan sebagainya, itu semua hanya dimaklumi oleh Allah swt. sendiri. Allah Taala berfirman, “Segenap puji bagi Allah, Maha Pencipta langit dan bumi, yang membuat malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap-sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Fathir:1) Maksudnya bahwa Allah Taala menciptakan malaikat berupa makhluk yang bersayap dan di antaranya ada yang bersayap dua buah, tiga buah, empat buah dan ada pula yang lebih dari itu. Semua ini menunjukkan nilai dan perbedaan pangkat di sisi Allah Taala, juga tentang kekuasaannya cepat atau lambatnya dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Masud r.a., demikian, “Rasulullah saw. melihat Jibril a.s. dan ia mempunyai enam ratus buah sayap.” Banyaknya sayap adalah sebagai tanda lebih cepat menunaikan perintah-perintah Allah Taala serta menyampaikan risalah-Nya. Dalam Alquran disebutkan, “Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. Sesungguhnya kami bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah) dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (mensucikan Tuhan).” (Q.S. Ash-Shaffat:164-166) Inti dari ayat-ayat di atas menunjukkan pengakuan seluruh malaikat yang mengatakan kami semua bershaf-shaf dengan rapi dan teratur kemudian bersama-sama memahasucikan Tuhan dengan mengucapkan tasbih serta mengagungkan-Nya dari segala sifat kekurangan dan kami semua adalah hamba-hamba-Nya, membutuhkan kepada-Nya dan tunduk serta patuh pula pada perintah-Nya. Perlu dimaklumi bahwa perihal sayap malaikat, termasuk soal gaib yang kita diwajibkan untuk mempercayainya, tetapi tanpa membahas bagaimana keadaan, sifat, bentuk, warna dan lain-lainnya sebab memang kita tidak diperintah untuk mengetahui hal-hal seperti itu, sedangkan Rasulullah saw. sendiri pun tidak memberitahukan sedikit pun mengenai hal ini. Perihal tempat malaikat, Ibnu Katsir berkata, “Tidak satu malaikat pun melainkan ia pasti mempunyai sebuah tempat yang khusus di langit, juga kediaman tertentu untuk melaksanakan ibadah kepada Tuhan. Tempat kediaman ini tidak akan dilaluinya atau dilewati dari batas yang dikhususkan tadi.” Ibnu Asakir berkata dalam biografinya dengan sanad dari Muhammad bin Khalid dari Abdurrahman bin Ala bin Sa’din dari ayahnya yang termasuk salah seorang yang mengucapkan baiat pada hari pembebasan kota Mekah, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda pada suatu hari kepada sahabat-sahabatnya, “Langit bergerak dan sudah dipastikan ia akan bergerak. Tidak ada setapak kaki pun melainkan di atasnya ada malaikat yang rukuk atau sujud.” Beliau lalu membaca ayat di atas yang artinya, “Tiada seorang pun dari kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. Sesungguhnya kami bershaf-shaf dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih.” (Q.S. Ash-Shaffat:164-166)

TUGAS MALAIKAT

Malaikat mempunyai pekerjaan tersendiri dalam alam Ruh di samping pekerjaan mereka dalam alam dunia semesta ini. Mereka pun mempunyai hubungan yang khusus dengan bangsa manusia.

TUGAS MALAIKAT DALAM ALAM RUH

Tugas malaikat yang ada di dalam alam Ruh dapat disimpulkan sebagai berikut: Bertasbih (memahasucikan serta patuh dan tunduk sepenuhnya kepada

MEMBERI SALAM KEPADA AHLI SURGA

sebagaimana firman-Nya, “Dan para malaikat masuk menemui mereka (ahli surga) dari segala pintu. Mereka mengucapkan, ‘Salam (damai) atas tuan-tuan sekalian, karena tuan-tuan telah berteguh hati.’” (Q.S. Ar-Ra’d:23-24) MALAIKAT PEMBAWA WAHYU

Adapun malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu ialah Jibril a.s. sebagaimana Allah Taala berfirman dalam Alquran, “Katakanlah! Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka sesungguhnya Jibril menurunkan wahyu ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan wahyu yang terdahulu daripadanya untuk menjadi petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Baqarah:97) Jibril a.s. juga diberi nama Ruhul Amin (yang terpercaya) sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya wahyu, diturunkan dari Tuhan seru sekalian alam, yang membawanya turun ialah Ruhul Amin, pada kalbunya, supaya engkau dapat memberi peringatan (kepada manusia)” (Q.S. Asy-Syu’ara, 192-194) Juga diberi nama Ruh Kudus (yang suci), sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah! Wahyu diturunkan oleh Ruh Kudus dari Tuhanmu dengan benar.” (Q.S. An-Nahl:102) Ada pula nama lain untuk Jibril a.s. yaitu Namus sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah saw. pada pertama kalinya menerima wahyu, yaitu, “Tuan telah didatangi oleh Namus yang pernah diturunkan oleh Allah kepada Musa.” Perihal kedatangan Jibril a.s. sendiri adakalanya dengan menjelma dalam bentuk manusia, tetapi kadang-kadang juga sebagai bunyi nyaring dari sebuah lonceng (bel).

TUGAS MALAIKAT DI DUNIA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANUSIA Malaikat juga mempunyai pekerjaan dalam mengatur alam semesta ini, seperti mengirimkan angin dan udara, menggiring awan dan mega, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan lain-lain yang termasuk dalam golongan pekerjaan yang tidak dapat disaksikan oleh mata dan tidak mungkin pula dapat dicapai oleh pancaindra lainnya. Mereka senantiasa menyertai manusia sepanjang hidup dan bahkan setelah meninggalnya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw., “Sesungguhnya ada makhluk yang menyertai kamu semua dan tidak memisahkan diri daripadamu melainkan di waktu kamu semua berada di tempat sunyi (buang air besar atau kecil), juga ketika bersetubuh, dari itu hendaklah kalian malu kepada mereka dan muliakanlah mereka.” Makhluk yang dimaksud ialah para malaikat. Menguatkan rohani yang ada dalam diri manusia dengan mengilhamkan kebaikan dan kebenaran.

DOA MALAIKAT UNTUK ORANG MUKMIN

Allah swt. karena sangat pengampun dan juga karena sangat cinta kepada hamba-hamba-Nya mengilhamkan kepada para malaikat supaya mereka merendahkan diri kepada-Nya guna memanjatkan doa serta memohon dengan rahmat-Nya yang meluas pada seluruh apa-apa yang maujud, juga dengan pengetahuan-Nya yang merata atas segala sesuatu yang ada ini agar supaya Allah mengaruniakan pengampunan kepada orang-orang yang suka bertobat dan supaya dimasukkan dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh.

MALAIKAT MENGAMINKAN BERSAMA ORANG YANG SALAT

Malaikat pun mengaminkan bersama orang-orang yang salat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika imam mengucapkan, ‘Ghairil maghdluubi ‘alaihim waladh dhaalliin,’ maka ucapkanlah, ‘Amin.’ Karena sesungguhnya malaikat pun mengucapkan, ‘Amin.’ Sesungguhnya imam pun mengucapkan, ‘Amin.’ Maka barangsiapa yang membaca amin bersamaan dengan bacaan amin malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Nasai. Maksudnya supaya bacaan amin makmum dibuat bersamaan benar dengan amin imam. Karena itu imam akan lebih baik mengeraskan suara amin.

KEHADIRAN MALAIKAT KETIKA SALAT SUBUH DAN ASAR

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Keutamaan salat jemaah (bersama-sama) melebihi salat sendirian dengan selisih dua puluh lima derajat. Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada waktu salat fajar (subuh).” Abu Hurairah lalu mengatakan, “Bacalah sekehendakmu ayat yang artinya, ‘Dan (dirikanlah salat) subuh, sesungguhnya salat subuh disaksikan (oleh malaikat).’” (Q.S. Al-Isra:78)

MALAIKAT TURUN DI WAKTU ADA BACAAN ALQURAN

Malaikat turun ketika ada bacaan Alquran untuk ikut mendengarnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (dengan lafal Muslim) demikian, “Diceritakan dari Abu Said Khudri r.a. bahwa Usaid bin Hudair pada suatu malam sedang membaca Alquran di suatu tempat dekat kandang kudanya, tiba-tiba kudanya melompat. Ia diam lalu membaca lagi dan kuda itu melompat pula. Sekali lagi ia diam, lalu membaca lagi dan sekali lagi kuda itu melompat. Usaid yang membaca Alquran itu berkata, “Oleh karena kuda itu melompat-lompat, maka saya takut kalau-kalau nanti menginjak kawanku yang bernama Yahya. Kemudian saya berdiri dan mendekati tempat kuda itu. Tiba-tiba ada suatu benda bagaikan naungan (awan) yang ada di atas kepalaku, di dalamnya tampak bagaikan beberapa pelita bercahaya yang terus naik ke atas hingga saya tidak dapat melihatnya lagi. Paginya saya mendatangi tempat Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah! Semalam saya membaca Alquran di suatu tempat dekat kandang kudaku, tiba-tiba kudaku melompat. Rasulullah saw. bersabda, “Baca terus, hai anak Hudair.” Usaid berkata, “Saya terus membaca, tetapi kudaku melompat lagi.” Rasulullah saw. bersabda, “Baca terus, hai anak Hudair.” Usaid berkata, “Saya terus membaca lagi, tetapi kudaku melompat pula.” Rasulullah saw. bersabda, “Baca terus, hai anak Hudair.” Usaid berkata, “Tidak, lalu saya bangkit, sebab Yahya tidur di dekat kuda itu dan saya takut kudaku itu menginjaknya. Selanjutnya saya melihat seolah-olah seperti naungan (awan) yang di dalamnya ada beberapa pelita bercahaya, naik ke atas hingga saya tidak dapat melihatnya lagi.” Rasulullah saw. lalu bersabda, “Itu adalah malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Andaikata engkau membacanya terus sampai pagi, niscaya orang-orang dapat melihat sesuatu yang hingga kini masih terselubung bagi mereka itu.”

KEHADIRAN MALAIKAT DALAM MAJELIS ZIKIR

Malaselalu mencari majelis zikir untuk mengingat kepada Allah Taala, berupa pengajian agama dan sebagainya. Kepentingannya ialah untuk memberikan dorongan semangat kepada para hadirin dengan kekuatan rohaniah.

MEMBAWA BERITA GEMBIRA

Adakalanya malaikat juga membawakan berita gembira kepada orang tertentu, seperti disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi saw., sabdanya, “Ada seorang lelaki berziarah kepada saudaranya yang berdiam di sebuah desa. Kemudian Allah menurunkan malaikat untuk menghadangnya di jalan. Setelah orang ia datang di tempat malaikat itu, malaikat itu pun bertanya, ‘Hendak ke mana engkau pergi?’ Orang tadi menjawab, ‘Saya hendak pergi ke tempat saudaraku yang berdiam di desa ini.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Apakah ada suatu nikmat dari saudaramu yang diberikan padamu yang kau anggap baik’ (maksudnya, Apakah engkau hendak membalas jasa yang sudah diberikan olehnya, sehingga engkau harus pergi ke tempatnya itu?) Orang itu menjawab, ‘Tidak, hanya saya mencintainya karena mengharapkan keridaan Allah swt.’ Malaikat itu lalu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk menemuimu guna menyampaikan bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu.’”

MENCATAT AMAL PERBUATAN

Di antara malaikat-malaikat ada yang bertugas mencatat amal perbuatan seluruh manusia. Mereka perhitungkan dalam catatannya secara teliti sekali, kebaikan-kebaikan atau kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang tersebut. Dalam hal ini Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat padanya dari urat lehernya sendiri. Ingatlah ketika disambut oleh dua malaikat penyambut. yang seorang duduk di kanan dan yang seorang lagi duduk di sebelah kiri. Tidak sebuah kata pun yang diucapkan oleh manusia itu, melainkan di dekatnya ada pengawas, yakni malaikat Raqib (pencatat kebaikan) serta Atid (pencatat kejahatan).” (Q.S. Qaf:16-18)

MEMANTAPKAN HATI KAUM MUKMININ

Sebagian malaikat ada yang bertugas meneguhkan kaum mukminin agar mantap apa yang ditanam dalam hati sanubari mereka sebagaimana firman Allah Taala, “Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku (Allah) bersama kamu semua, maka perkokohlah pendirian orang-orang yang beriman.’” (Q.S. Al-Anfal:12)

MALAIKAT PENCABUT NYAWA Allah Taala berfirman, “Kemudian apabila seseorang dari kamu semua itu telah didatangi oleh kematian, maka ia pun diwafatkan oleh utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat). Mereka tidaklah melalaikan kewajibannya.” “(Q.S. Al-An’am:61) Juga firman-Nya, “Katakanlah! Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu.” (Q.S. As-Sajdah:11) Di samping itu para malaikat juga memberikan penghormatan yang baik sekali kepada orang-orang yang baik amal perbuatannya di waktu hendak mencabut nyawa mereka ini. Allah Taala berfirman, “Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik, malaikat itu mengucapkan, ‘Salam (damai) untukmu semua.’.” (Q.S. An-Nahl:32) Mereka memberi kegembiraan dengan mengingatkan akan surga, sebagaimana firman Allah Taala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kita adalah Allah’, kemudian mereka berpendirian teguh, maka para malaikat akan turun kepada mereka dan berkata, ‘Jangan kamu takut, jangan pula berdukacita, bergembiralah untuk memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu semua.’ Kamilah pelindung kamu semua dalam kehidupan dunia dan di akhirat.

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar